Inilahbeberapa macam kerajinan yang dihasilkan oleh para penduduk lokal Sulawesi Utara, yaitu : 1.Anyaman dari Bambu. Anyaman bambu adalah suatu kerajinan tangan yang dihasilkan dari bambu. Anyaman bambu biasanya dibuat oleh warga di Minahasa. Mereka memiliki kesadaran untuk menghasilkan sesuatu yang berguna dari bambu.
Artikel· Juni 16, 2021. Beberapa contoh populer produk kerajinan yang dihasilkan dari bahan kulit adalah sebagai berikut ini yang akan kami rangkumkan daftarnya. Berbagai produk unggulan berbahan kulit ini tentu memiliki nilai jual yang lumayan tinggi. Lantaran bahan kulit memang termasuk material unggulan yang banyak diminati orang ya.
Sepertihalnya keindahan Indonesia yang beragam, hasil -hasil pengolahan Sumber dayanya pun beragam, seperti hasil kerajinannya yang begitu melimpah dari berbagai faktor, bahkan tak jarang kerajinan itu menembus pasaran luar negeri. Dan, inilah 10 kerajinan Indonesia yang mendunia : 1. Ukir Kayu.
Kerajinantangan merupakan salah satu karya seni yang dihasilkan melalui ilmu seni rupa baik 3 dimensi maupun 2 dimensi. Berbagai macam kerajinan tangan dapat ditemui dengan mudah di berbagai tempat. Kerajinan tangan adalah salah satu contoh seni rupa terapan yang dapat memiliki beraneka ragam fungsi selain fungsi keindahan di dalamnya.
Parawanita yang sedang menenun di Desa Sukarara (Afif/detikTravel) Lombok Tengah - Kain tenun adalah ciri khas, sekaligus oleh-oleh dari Lombok. Motif kain tenun Lombok pun beda dengan kain tenun di berbagai wilayah Indonesia lainnya. Kalau Anda mau berburu kain tenun di Lombok, Dusa Sukarara tempatnya. Jika di Yogya atau Solo Anda biasanya
proporsi orang adalah panjang kepala dengan tubuh. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kalau ke Lombok jangan lupa mampir ke Desa Sukarara, kecamatan Jonggat Lombok Tengah. Desa ini terkenal sebagai desa penenun. Wanitanya bekerja sebagai penenun. Akan tampak banyak wanita yang sedang menenun di teras rumahnya. Tenun lombok ini terdiri dari tenun ikat dan tenun songket. Terutama yang sangat dikenal masyarakat adalah tenun rangrang. Motif dengan bercirikan motif geometeris segitiga dan belah ketupat dengan banyak warna dalam satu kain. Pewarna yang dipakai pewarna alami seperti dari biji-bijian, kulit kayu, umbi, bunga, buah, akar dan daun tanaman. Ada motif subahnale, motif geometris segiempat dengan isian bunga. Motif ini diangap sangat indah. Ada juga kain yang dibuat karena mitos seperti motif tokek yang dianggap sebagai keberuntungan pemiliknya/pemakainya. dikumen pribadi Selain aktivitas sehari-hari wanita adalah menenun, wanita Suku Sasak harus pandai menenun karena sebagai syarat untuk menikah kelak. Harus bisa membuat tiga kain buat syarat menikah kelak. Satu untuk diri sendiri, satu untuk suami dan satu lagi untuk mertua perempuan. Menenun sudah menjadi tradisi Suku Sasak. Dan sekarang sudah dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kain-kain yang dibuat wanita suku Sasak ini sudah banyak yang dijual pada wisatawan . Biasanya wanita-wanita ini menjual pada koperasi dan koperasi yang menjualnya kembali. Tapi kebanyakan jarang diproduksi massal untuk dijual tapi hanya kalau ada wisatawan saja yang datang. Mungkin dibutuhkan satu jalan untuk membantu masyarakat Suku Sasak ini memasarkan kain-kain tenunnya. dokumen pribadi Teknik membuat kain tradisional ada empat macam, yaituKain tenun pelekat. Adalah kain sarung tenun dan mempunyai motif loreng /bertapak catur. Cara membuatnya dengan mencelup benang lungsin yang disusun secara sejajar dan benang pakan yang disematkan melintang ke benang lungsin, ke dalam warna sehingga membuat corak rias yang memberikan warna beraneka warna dengan bentuk kotak-kotak besar dan kecil. Dan di Suku Sasak dikenal dengan tenun songket adalah kain yang punya hiasan timbul yang terbuat dari benang katun, benang emas atau benang tenun sulam adalah teknik menjahitkan benang berwarna di permukaan kain berdasarkan pola dan corak tenun ikat. Dalam pembentukan motif dilakukan dengan cara mengikat bagian tertentu pada benang sehingga bagian tersebut tak terkena warna saat benang dicelup dalam zat warna. Diikat sedemikian rupa sehingga akan membentuk bentukan dan keharmonisan warna sesuai motif yang ditentukan sebelumnya. Selain itu motif pada tenun Lombok beragam. Ragamnya dipengaruhi oleh budaya yang telah mempengaruhi Suku Sasak. Saat masa Hindu motif tumpal/pucuk rebung yang punya bentuk segitiga mirip dengan deretan gunung. Motif ini melambangkan Dewi Sri. Saat Islam masuk, motif kain pun lebih dominan tumbuh-tumbuhan, seperti suluran, pucuk rebung, pohon hayat, bunga-bunga dan bunga bersusut delapan seperti bintang. Sedang motif geometris hanya ada pada kain pelekat. Motif hewan yang ada pada masa Hindu tergantikan dengan motif kaligrafi Huruf Arab kecuali motif burung. Tapi yang perlu diingat kain Lombok ini mempunyai tekstur tebal, tidak mudah kusut dan tak mudah luntur. dokumen pribadi Memintal kain membutuhkan banyak waktu. Pemintal akan duduk selonjor dengan kedua kaki memanjang ke depan. Bagian panggulnya ditahan oleh palang kayu. Alat tenunnya diletakan di pangkuannya. Bisa dibayangkan penenun akan duduk sepanjang hari hanya isitirahat untuk makan siang. Tangan mereka begitu terampil memintal benang menjadi motif tertentu. Dan kain tenun bagi Suku Sasak itu sangat berhubungan dengan banyak aspek dalam budaya mereka. Seperti saat lahir akan dibuatkan tenun umbaq, kain yang mempunyai motif garis-garis dengan rumbai yang diikat dengan uang kepeng lubang sebagai simbol kasih sayang. Warga yang masih mempertahankan adat, misalnya perempuan di desa, mereka akan memakai kain dalam kehidupan sehari-harinya. Boleh dilihat di sana, perempuan berjalan dengan kain tradisional mereka. Saat mengunjungi Desa Sukarara biasanya diperkenankan untuk mencoba memakai pakaian adat Suku Sasak denga cara melilitkan kain dan ditambah dengan Suku Sasak yang sudah mulai terlihat oleh dunia luar setelah desa mereka banyak dikunjungi oleh banyak wisatawan. Untuk dapat melihat cara pembuatan kain dan membelinya, kita memang diharuskan untuk membayar sejumlah uang yang terbilang mahal. Hal tersebut memang wajar bila mengingat cara membuatnya yang begitu rumit dan melelahkan. Dalam satu hari memintal benang hanya bisa mendapatkan 8-10 cm saja. Satu kain bisa selesai dalam jangka waktu 2-3 bulan. Jangan lupa bekunjung ke desa penenun ini untuk melihat keindahan kain-kain yang terpajang di sana. Lihat Travel Story Selengkapnya
Seorang pengrajin sedang memproses kerang. Kerajinan kulit kerang atau dikenal dengan 'Cukli' merupakan salah satu kerajinan khas Lombok yang cukup populer. Mereka memotong kulit kerang menjadi bagian2 kecil, menempelnya pada Tidak mudah untuk membuat selembar tenun ikat, seperti yang terlihat di gambar, seseorang harus berdiri berjam-jam di ujung lainnya untuk merentangkan benang yang akan disusun dalam alat tenun. Rata-rata tenun ikat masih dikerjakan Gadis kecil ini umurnya baru 12 tahun, dia membantu Ibunya yang juga adalah penenun di sela-sela waktu liburnya. Di tempat yang saya temui Koperasi Stagen, rata-rata penenun adalah wanita, sang Ketua ingin agar perempuan-perempuan Ternyata ada banyak cerita dari selembar kain tenun. Di tempat yang saya temui Koperasi Stagen, sang ketua mengumpulkan perempuan-perempuan dengan latar belakang berbeda untuk memiliki kegiatan positif. Mereka adalah janda, orangtua Pengrajin Ketak di Lombok TengahKetak merupakan salah satu kerajinan khas yang dapat ditemui di beberapa daerah di Indonesia. Bahan kerajinan ini cukup sulit ditemukan, biasanya banyak dipesan dari Kalimantan atau Sulawesi. Pengrajin Furniture Tenun ikat
Kain sesek saat ini telah mampu menembus pasar internasional Kaum wanita di Lombok mendapat ilmu menenun yang diturunkan secara turun-temurun Motif-motif seperti lumbung padi, aneka biota laut dipilih karena dekat dengan keseharian Suku Sasak Kain sesek memiliki beberapa motif, salah satunya Motif Pucuk Rebung Gambaran proses pembuatan kain sesek yang terlihat rumit dan menjadikan harga kain ini melonjak tinggi Selain terkenal karena keindahan alam, Lombok juga memiliki kerajinan tradisional yang sangat indah. Kain sesek namanya. Kain khas suku asli Lombok ini telah menjadi kebanggaan masyarakat sejak ratusan tahun lalu. Biasa digunakan sebagai baju adat atau hiasan, pembuatan kain sesek masih menggunakan cara tradisional. Benang katun, sutra, marcis, emas, dan perak menjadi bahan dasar pembuatan kain ini. Proses pembuatannya juga terbilang lama. Setidaknya dibutuhkan satu bulan untuk menyelesaikan sehelai kain sesek. Motif yang rumit menjadi alasan utama lamanya proses pembuatan. Pembuatan kain biasa dimulai dengan istilah tetumpuk atau pemintalan. Benang yang terbuat dari kapas diproses dengan cara dipanjangkan. Selanjutnya, proses tegulung atau menggulung benang. Setelah benang terbentuk, dimulailah proses tepina memindahkan motif dengan benang nilon. Motif yang digunakan pada kain sesek bisa berupa rumah tradisional suku Sasak, lumbung padi, aneka biota laut, atau hewan ternak. Motif-motif tersebut dipilih karena dekat dengan keseharian Suku Sasak. Kain sesek hanya dibuat oleh kaum wanita Suku Sasak. Bahkan, ada mitos bila lelaki yang membuat kain, perilaku si pembuat kain akan berubah menjadi seperti wanita. Keahlian membuat kain dilestarikan secara turun-temurun. Sejak usia belia, para ibu mengajarkan cara membuat kain kepada anak-anaknya. Harga kain khas Sasak bervariatif, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Ini tergantung motif dan lama pembuatan. Semakin rumit motif yang digunakan dan lama pembuatan kain, semakin mahal harga kain tersebut. Bagi Anda yang ingin melihat pembuatan kain sesek, bisa datang ke Desa Sukarara, Lombok. Di desa ini, Anda akan melihat proses pembuatan kain dengan cara tradisional. Para wanita yang bergelut dengan benang dan alat dari kayu akan menjadi pemandangan menarik yang bisa Anda saksikan saat berkunjung ke desa ini. [Riky/IndonesiaKaya] Artikel Terkait
Menilik kain tradisional asli Indonesia, ada banyak sekali ragamnya, Bunda. Sebut saja ulos, songket, tenun, hingga batik. Hampir setiap wilayah di Indonesia menghasilkan kain khas tradisional di mana proses pembuatan dan fungsinya berkaitan erat dengan adat istiadat yang berlaku di wilayah tersebut. Seperti halnya kain tenun Lombok yang wajib bisa dibuat perempuan Suku Sasak sebagai syarat untuk bisa menikah. Penasaran seperti apa penjelasannya? Yuk, simak di sini! Falsafah Pembuatan Kain Tenun Lombok, Tanda Perempuan Sasak Boleh Menikah Kain Tradisional Lombok Foto Qori Annisa Wicita Lombok memiliki dua jenis kain tradisional, yakni kain tenun songket dan kain tenun ikat. Cara membedakannya adalah dari warna, motif, dan fungsinya. Kalau kain tenun songket Lombok umumnya penuh dengan warna fullcolor, terbuat dari benang katun yang berasal dari kapas, serta kaya akan warna perak dan atau emas. Sementara tenun ikat memiliki motif yang sederhana dengan kecenderungan bentuk motif berupa garis horizontal dan vertikal saja. Kesederhanaan itu juga menjalar dari kegunaannya yang lebih sering digunakan dalam keseharian masyarakat Suku Sasak, suku asli di Lombok. Artikel Terkait Kain Ulos, Si Penghangat Tubuh yang Menjadi Benda Sakral dalam Adat Material Kain Tenun Lombok Motif Subahnale, salah satu motif favorit kain tenun Lombok. Foto Tribun Kain tenun Lombok terbuat dari bahan-bahan alami, yaitu kapas pilihan yang dipintal menjadi gulungan benang sebagai bahan utamanya. Pintalan benang tersebut diwarnai menggunakan bahan pewarna yang berasal dari dedaunan, akar-akaran, biji-bijian, kulit pohon, dan juga yang lainnya yang sifatnya alami dan berasal dari alam. Misalnya saja, warna merah diambil dari sari biji pinang, akar mengkudu, kulit kayu, dan lainnya. Biru dari tanaman Indigofera tinctoria atau tanaman tarum. Sementara warna biru keabu-abuan dihasilkan dari tanaman suji dan daun mangga. Demikian selanjutnya hingga mendapatkan ragam warna yang lebih beragam. Setelah mendapatkan warna yang diinginkan, pintalan benang tadi dicelupkan ke dalam beberapa ember yang sudah diisi dengan berbagai macam warna. Tahapan pewarnaan ini tidaklah lama, hanya beberapa hari saja hingga benangnya kering setelah diwarnai. Artikel Terkait Menilik 5 Fakta Songket, Kain Khas Palembang Berharga Fantastis Proses Pembuatan Kain Tenun Foto First Lombok Tour Selain bahan dan warnanya yang dibuat dari bahan-bahan alami, proses pembuatan kain tenun Lombok juga masih menggunakan alat-alat tradisional yang sangat sederhana. Alat pemintal benangnya saja masih menggunakan potongan bambu yang dirangkai dengan benang juga yang dibuat menyerupai roda yang dapat diputar secara manual oleh si pembuat. Setelah benang diwarnai, benang kemudian ditata dalam alat penenun. Tahapan penenunan kain tenun Lombok inilah yang prosesnya agak lama, yaitu membutuhkan waktu sekitar satu minggu hingga satu bulan, sesuai dengan tingkat kesulitan motif dan ukuran kain yang diinginkan. Itu proses pembuatan kain tenun songketnya, sedangkan pembuatan kain tentun ikatnya beda lagi. Untuk mendapatkan motif yang diinginkan, pengrajin harus mengikat bagian benang, kemudian mencelupkan bagian yang tidak diikat ke dalam zat pewarna. Tahapan ini dilakukan berulang kali dan membuat ikatan lain lalu diwarnai lagi hingga mendapatkan motif bergaris yang khas. Proses ini biasanya bisa diselesaikan cukup 1 hari saja untuk ukuran kain kurang-lebih 3 meter. Hal yang unik, proses pembuatan kain tenun ikat ini dikerjakan oleh kaum laki-laki lho, bukan perempuan. Keahlian Menenun Diteruskan Turun-Menurun Foto Merah Putih Keahlian menenun para penenun di Lombok ini didapatkan secara turun-temurun, yakni dari orangtua atau kakek-nenek mereka. Wajib bagi generasi selanjutnya untuk meneruskan estafet kemampuan menenun, karena ini bagian dari adat istiadat suku di Lombok juga, yaitu Suku Sasak. Masyarakat Sasak, khususnya kaum perempuannya, banyak yang ahli menenun. Mereka wajib menerima ajaran ini sejak masih anak-anak. Bahkan ada aturan adat yang menyebutkan bahwa seorang perempuan Sasak harus berhasil menenun setidakynya 3 kain sebagai syarat menikah. Jika belum berhasil, artinya mereka belum mampu untuk berumahtangga. Kemampuan ini diajarkan kepada para perempuan Suku Sasak juga dengan maksud agar mereka tidak pergi jauh dari lingkungan sukunya. Dengan demikian, keahliannya menenun bisa menjadi alternatif untuk menopang perekonomian keluarganya, serta menunjang aktivitas keharian mereka seperti digunakan dalam acara adat, beribadah, membedong bayi, selimut, serta penutup jenazah. Artikel Terkait Fakta Menarik Kain Sasirangan Khas Banjar, Asal Usul hingga Arti Warnanya Desa Penghasil Kain Tenun Lombok Foto Datu Lombok Tour Saat jalan-jalan ke Lombok banyak orang mengincar untuk mendatangi pulau Gili untuk menyelam atau naik ke Gunung Rinjani. Lombok memang memiliki banyak destinasi alam yang luar biasa. Tapi satu lagi yang tidak boleh Anda lewatkan adalah mampir ke Desa Sade dan Desa Sukarara, dua desa terbaik penghasil kain tenun Lombok. Kedua desa ini juga disebut sebagai rumah bagi Suku Sasak, suku asli pulau Lombok. Jarak Desa Sade sendiri hanya 5 kilometer dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, nih, Bunda. Sejak dahulu kala, kepiawaian pengrajin kain tenun di sana sudah mendapat ancungan jempol. Selain keindahan alamnya yang luar biasa, dari kedua desa ini para wisatawan bisa belajar tentang adat-istiadat Suku Sasak dan juga belajar membuat kain tenun. Satu lagi yang tak bisa dilewatkan, berbelanja kain tenun tentunya! Demikian penjelasan lengkap mengenai kain tenun Lombok. Semoga informasi di atas bisa bermanfaat. ***** Baca juga Bangga! Dior Gunakan Kain Endek Bali untuk Koleksi Fashion Teranyar 4 Fakta Menarik Serta Jenis-Jenis Kain Tenun Suku Dayak yang Indah Kain Ulap Doyo, Kain Tradisional Suku Dayak Benuaq yang Terbuat dari Daun Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
Sobat Pesona sudah tahu dong kalau Suku Sasak adalah suku asli yang mendiami Pulau Lombok. Etnis ini menjunjung tinggi keahlian menenun, bahkan sudah mengajarkan kemampuan menenun pada anak-anak perempuan sejak usia dini, lho! Tak heran kalau pada akhirnya mereka menjadi penenun yang piawai. Konon nama Sasak memang memiliki kaitan erat dengan tenun-menenun yang disebut sebagai sèsèk. Kata sèsèk ini berasal dari kata “sesak” atau “sesek”. Menenun khas suku Sasak memang dilakukan dengan cara memasukkan benang satu-persatu yang disebut dengan sak sak. Lalu benang tersebut dirapatkan hingga sesak dan padat. Bahkan alat tenun yang digunakan pun mengeluarkan bunyi, sak…sak…ketika sedang digunakan. Namun rujukan penyebutan nama Sasak yang pertama kali konon terdapat dalam Prasasti Pujungan yang ditemukan di Tabanan, Bali. Prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke-11. Selain itu, kata Sasak juga ditemukan di dalam Kitab Negara Kertagama. Bagi suku Sasak, kain tenun amat berhubungan dengan budaya. Di beberapa desa yang masih mempertahankan adat, para perempuan lazim mengenakan kain tenun sebagai pakaian sehari-hari. Selain itu, beberapa upacara adat dan keagamaan pun menggunakan kain adat sebagai sarananya. Karena menjadi bagian dari adat itu sendiri, keahlian menenun diwariskan dari generasi ke generasi suku Sasak sejak dini. Maka tak jarang kita temui anak-anak perempuan berusia 9 tahun sudah aktif menenun. Maklum saja, bagi seorang wanita Sasak, kemampuan menenun adalah sebuah kewajiban. Bahkan mereka beranggapan bahwa seorang perempuan Sasak yang belum bisa menenun berarti belum mampu untuk berumahtangga. Sebelum menikah, perempuan Suku Sasak Lombok harus membuat tiga sarung tenun. Satu untuk diri sendiri, satu untuk suami, dan satu lagi untuk mertua perempuan. Ragam motif kain tenun Sasak dipengaruhi agama yang dianut suku ini. Sebelum masuknya Islam, motif kain tenun didominasi motif tumpal/pucuk rebung mirip deretan gunung sebagai perwujudan Dewi Sri sebagai dewi kemakmuran dan motif hewan seperti burung. Motif tumbuh-tumbuhan, seperti sulur, pucuk rebung, pohon hayat, dan bunga bersusun delapan seperti bintang mendominasi setelah masuknya agama Islam. Sementara itu, motif geometris hanya ada pada kain pelekat. Para wanita perajin suku Sasak masih mempertahankan peralatan serba tradisional, mulai alat memintal benang hingga penenunan. Kain tenun Sasak Lombok punya tekstur tebal, tidak mudah kusut, dan tak mudah luntur. Hal itu dihasilkan dari teknik pembuatan kain yang dilakukan para perempuan Sasak. Kualitas tenun pun sangat baik dengan kerapatan benang yang padat. Karena itu, pengerjaan sehelai kain berukuran 60 x 200 cm memakan 2-4 minggu, bergantung pada kerumitan motif. Belakangan di Lombok juga dijual kain buatan luar suku Sasak yang dibuat mirip namun hanya dibuat dalam waktu tiga hari saja. Walau harganya jauh lebih murah, tentu tidak dapat menandingi kain tenun asli Sasak yang memiliki susunan benang yang ditenun sangat rapat agar kain awet. Baca juga Pecinta Kain Tenun Wajib Mengunjungi 5 Desa Tenun DiIndonesiaAja Berikut Ini! Kualitas kain tenun tentu berbanding lurus dengan tingkat kesulitan, keahlian dan kesabaran yang diperlukan dalam pembuatannya. Maka tak heran harga kain tenun asli Suku Sasak terbilang cukup mahal, hingga mencapai jutaan rupiah. Namun selain nilai ekonomi dan kualitas, kita juga harus belajar menghargai nilai-nilai luhur dan tradisi yang terkandung di dalamnya. Selain itu, membeli produk asli Indonesia ini tentu juga akan berdampak positif bagi pengrajin suku Sasak itu sendiri. Sobat Pesona, saat nanti berkunjung ke Lombok, jangan lupa membeli sehelai tenun Sasak sebagai cendera mata, ya! Kain Tenun Sasak Clue Selain kainnya memang indah, kemampuan membuatnya jadi penanda kedewasaan perempuan Suku Sasak
kerajinan yang dihasilkan perempuan di lombok adalah kain